Cuplikan surat dari Penulis Fahd Jibran untuk Bapak Presiden di Kompasiana...tentang harga BBM.
#UNTUK
PERTAMA KALINYA DALAM SEJARAH SAYA MENYEBUT NAMAMU ....hal yang belum
pernah kulakukan padamu sejak km menjadi presiden d negara ini#
YANG TERHOTMAT WAHAI ENGKAU "BAPAK PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO"
dengarlah ini....!!!!
Cuplikan surat dari Penulis Fahd Jibran untuk Bapak Presiden di Kompasiana...tentang harga BBM.
Pak Presiden yang baik,
Kelak bila harga BBM naik, dengan gagah dan baik hati konon Bapak akan
memberi kami kompensasi: Bapak akan membuat kami mengantre untuk
mendapatkan uang bantuan agar kami tak merasa kesulitan. Tapi, pikiran
kami sederhana saja, Pak, benarkah Bapak suka melihat kami
mengantre—pan...jang-mengular dari Sabang sampai Merauke? Kami tidak
suka itu, Pak. Kami tak suka terlihat miskin, apalagi menjadi miskin.
Kalau memang Bapak punya uang untuk dibagikan kepada kami, pakailah uang
itu, kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan ‘perekonomian
nasional’ yang konon sedang gawat itu. Tak perlu naikkan BBM, pakailah
uang kami itu: kami rela meminjamkannya untuk menyelamatkan bangsa!
Hidup kami sederhana, disambung lembaran-lembaran uang recehan. Ilmu
hitung kami kelas rendahan: berapa untuk makan sehari-hari, uang jajan
anak sekolah, biaya transportasi, biaya listrik bulanan, dan
kadang-kadang cicilan motor, dispenser atau DVD player. Tak perlu
kalkulator. Bila sedang beruntung, kami bisa punya sisa uang untuk
jalan-jalan di akhir pekan. Bila sedang sulit, kami tidak kemana-mana,
Pak: Kami mencari kebahagiaan gratisan di televisi—meski kadang-kadang
justru dibuat pusing dengan berita-berita tentang beberapa anak buah
Bapak yang korupsi.
Bila perlu, berdirilah di hadapan kami,
katakan apa yang negara perlukan dari kami untuk menyelamatkan kegawatan
bencana ekonomi negara ini? Bila Bapak perlu uang, kami akan menjual
ayam, sapi, mesin jahit, jam tangan, atau apa saja agar terkumpul
sejumlah uang untuk melakukan pembangunan dan penyelamatan perekonomian
bangsa. Bila Bapak disandra mafia, pejabat-pejabat yang bangsat, atau
pengusaha-pengusaha yang menghisap rakyat, tolong beritahu kami: siapa
saja mereka? Kami akan bersatu untuk membantumu melenyapkan mereka.
Tentu saja, semoga Anda bukan salah satu bagian dari mereka!
Pak Presiden yang baik,
Dengarkanlah kami, berdirilah untuk kami, berbicaralah atas nama kami,
belalah kami: maka kami akan selalu ada, berdiri, bahkan berlari
mengorbankan apa saja untuk membelamu. Berhentilah berdiri dan berbicara
atas nama sejumlah pihak—membela kepentingan-kepentingan golongan.
Berhentilah jadi bagian dari mereka yang ingin kami benci sampai mati.
Jangan jadi penakut, Pak Presiden, jangan jadi pengecut!
Buanglah kalkulatormu, singkirkan tumpukan kertas di hadapanmu, lupakan
bisikan-bisikan penjilat di sekelilingmu! Lalu dengarkanlah suara kami,
tataplah mata kami: tidak pernah ada satupun pemimpin di atas dunia yang
sanggup bertahan dalam kekuasaannya jika ia terus-menerus menulikan
dirinya dari suara-suara rakyatnya!
Pak Presiden,
Sekali lagi, tentang kenaikan harga minyak, barangkali kami memang tak
pandai berhitung. Tapi, sungguh, kami tak perlu menghitung apapun untuk
untuk memutuskan mencintai atau membenci sesuatu; termasuk mencintai
atau membencimu!
No comments:
Post a Comment