A. Geosentris vs Heliosentris
Banyak para ahli telah mengemukakan
hipotesisnya tentang kedudukan bumi di alam semeste ini. Ada dua hipotesis yang
sangat terkenal dan keduanya sangat berbeda. Demokritos (460-370 SM)
berpendapat bahwa semua benda langit bergerak mengelilingi massa sentral, yaitu
bumi. Paham ini berkembang sebelum abad XVII yang disebutnya sebagai paham Geocentris
yang menyatakan bahwa “bumi merupakan pusat dari segalanya”, matahari; bintang;
planet-planet, dan bulan beredar mengelilingi bumi.
Paham Geosentris telah lama ditinggalkan setelah diketahuinya bahwa bumi
hanya merupakan salah satu planet kecil saja, yang bersama-sama planet lainnya
beredar mengelilingi matahari. Paham yang terakhir ini disebut dengan Heliocentris.
Copernicus (1473-1543) diantaranya yang mengemukakan bahwa matahari
merupakan pusat alam semesta dan kedudukannya tetap serta seluruh gerakannya
hanya merupakan hayalan belaka dari gerakan bumi.
Perkembangan selanjutnya Isaac Newton (1643-1723) dengan Teori Gravitasinya
membuktikan bahwa suatu kekuatan yang mengatur pergerakan bumi, planet, dan
benda lainnya yang berputar pada porosnya dan atau orbitnya. Gaya yang bekerja
tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
B. Hipotesis-Hipotesis Tentang Terbentuknya Bumi
Secara khusus, tentang terjadinya bumi dengan beberapa hipotesisnya
dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut Kosmogoni. Beberapa
hipotesis tentang terbentuknya bumi antara lain dikemukakan oleh para ahli
berikut ini.
1.
Immanuel Kant
(1724 -1804)
|
2.
Pierre Simon Marquis
de Laplace (1749 – 1827)
|
bentuk bola. Karena rotasi yang kecepatannya semakin tinggi, maka massa
tersebut menggelembung di sekitar garis khatulistiwa. Suatu lingkaran
(gumpalan) materi terlempar dari bagian yang mengge-lembung itu. Gumpalan yang
terlempar itu menjadi dingin, mengecil dan akhirnya menjadi planet. Kejadian
ini beberapa kali hingga membentuk sejumlah planet, sedangkan massa yang di tengah
men-jadi matahari. Selanjutnya planet-planet itu melontarkan gumpalan-gumpalan yang membentuk
satelit-satelit atau bulan.
3.
Hipotesis
Planetesimal
Sekitar tahun 1900, Forest
Ray Moulton (astronom) dan Thomas Chrowder
Chamberlin (geolog) keduanya dari Universitas Chicago mengemukakan
Hipotesis Planetesimal. Planetesimal adalah suatu benda padat kecil yang
mengelilingi suatu inti yang bersifat gas.
Menurut Multon dan Chamberlin, suatu bintang yang
menembus ruang angkasa berada dekat sekali dengan matahari. Daya tarik yang
makin meninggi antara kedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu menaikan
pasang besar di bagian bintang yang lain. Pada saat pasang matahari yang
disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat, massa gas terlempar dari matahari
dan mulai mengorbit. Beberapa diantaranya mengikuti bintang yang lain ketika
meluncur ke ruang angkasa, sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik
matahari dan berada pada bidang orbitnya masing-masing. Pasang matahari mulai
menurun ketika bintang itu semakin menjauh. Pada saat massa gas menjadi dingin,
gas itu berubah menjadi cairan dan lama kelamaan menjadi massa padat kecil
(planetesimal). Planetesimal-planetesimal saling tarik menarik dan akhirnya
membentuk planet
4.
Teori Pasang
Sir James Jeans dan Sir
Harold Jeffreys (1891 – 1989) adalah ilmuwan Inggris yang pada tahun 1918
mengemukakan Teori Pasang. Menurut teori ini bahwa planet itu langsung
terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari matahari oleh bintang yang
lewat dan bukan oleh penyusunan benda alam yang besar dan padat dari berbagai
unsur kecil. Ketika bintang mendekat atau bahkan menyerempet matahari, tarikan
gravitasinya menyedot filamen gas berbentuk cerutu panjang dari matahari.
Sebuah filamen membesar pada bagian tengahnya dan mengecil pada kedua kutubnya.
5.
Teori Lyttleton
R.A. Lyttleton adalah
seorang astronom yang mengemukakan suatu modifikasi dari teori benturan. Dia
berteori bahwa matahari asalnya adalah suatu bintang kembar yang mengelilingi
suatu pusat gravitasi. Sebuah bintang lewat mendekati salah satu matahari ini
dan mungkin telah menghancurkannya dan mengubah bentuknya menjadi massa gas
besar yang berputar-putar. Bintang yang bertahan telah menjadi matahari kita,
sedangkan korban benturan itu dalam selang waktu tertentu telah berkembang
menjadi planet-planet.
6.
Beberapa
modifikasi Hipotesis Nebula
C. von Weizsaecker adalah astronom Jerman yang pada tahun 1940-an mengemukakan teori
nebulanya. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah
muncul keluar sampai jauh sekali dari sekitar garis khatulistiwa matahari zaman
purba. Sebagian besar lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Tekanan panas dan radiasi matahari
menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta meninggalkan unsur-unsur
yang lebih berat. Unsur-unsur yang berat itu secara bertahap berkumpul dalam
suatu deretan konsentris. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang
terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet
Gerald P. Kuiver adalah seorang astronom Belanda yang berpendapat bahwa dulu pernah ada
suatu nebula yang berbentuk piringan sangat luas dengan proto matahari (calon
matahari) berada di tengah-tengahnya. Komposisi seluruh nebula itu seragam.
Suhunya rendah karena proto matahari itu belum memancarkan sinarnya. Nebula
dingin ini mulai pecah dan berkonsentrasi dalam massa yang terpisah-pisah,
yaitu proto planet. Proto matahari juga berkonsentrasi di bawah daya gravitasi
dan sambil menyusut, materi itu menjadi semakin panas. Panas yang dipancarkan
proto matahari menghalau hampir semua unsur ringan, khususnya hidrogen dan
helium dari proto planet dan nebula itu. Di setiap proto planet sebagian besar
unsur berat (besi, nikel, dan beberpa logam lain) berkonsentrasi di tengah.
7.
Teori Awan Debu
Fred L. Whipple adalah
seorang astronom Amerika Serikat yang mengemukakan teori awan debu. Menurut
Whipple calon sistem tata surya semula merupakan awan luas yang terdiri atas
debu dan gas kosmos yang diperkirakan berbentuk piring. Ketidak teraturan dalam
awan itu menyebabkan terjadinya perputaran. Debu dan gas yang berputar
berkumpul menjadi satu dan hilanglah awannya. Partikel-partikel keras di
dalamnya saling berbenturan, melekat, lalu menjadi planet. Berbagai gas yang
terdapat di tengah awan berkembang menjadi matahari.
Hipotesis dan teori-teori di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak yang
telah dikemukakan oleh para ahli. Namun dari sekian banyak teori itu tidak
satupun diantaranya yang dapat memuaskan dan diterima secara luas. Oleh karena
itu selama bumi ini masih bersifat dinamis, tidak akan menutup kemungkinan
lahirnya teori-teori baru.
Struktur Bumi
Seperti halnya hipotesis dan teori terbentuknya bumi,
para ahli juga telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang apa dan bagaimana
struktur dan bentuk bumi ini. Hal ini berkembang terus dari sejak sebelum
masehi. Beberapa ahli itu diantaranya seperti berikut ini.
1.
THALES (624-547
SM)
Komponen alam semesta terdiri
dari komponen inti yaitu air, api, bumi, dan udara yang menjadi dasar kehidupan
mahluk hidup di bumi. Bumi merupakan benda yang terapung di atas air.
2.
ANAXIMANDER
(585-528 SM)
Tidak berbeda dengan yang dikemukakan
oleh Thales tentang komponen alam semesta ini. Tetapi Anaximander melengkapinya
bahwa ada faktor apeiron yang berupa unsur alam lainnya yang saling
bertentangan, yaitu panas vs dingin dan basah vs kering. Faktor apeiron ini
berfungsi sebagai pengontrol terhadap komponen inti. Dan pendapatnya juga bahwa
alam semesta terbentuk karena pemapat-an (kondensasi) sebagian dari udara yang
diikuti oleh pendinginan sehingga terbentuk bumi. Bumi berbentuk pipih
seperti meja dan didukung oleh udara sehingga dapat bergerak
3.
PHYTAGORAS (ABAD
VI)
Tentang bentuk bumi Phytagoras berpendapat lain dengan
Anaximan-der. Menurutnya bahwa bumi berbentuk bulat dan berjalan di angkasa
4.
GALILEI GALILEO
(1564-1642)
Alam terbentuk dari
partikel-partikel atom yang bergerak bebas di alam raya. Atom lah yang menjadi
penyusun alam termasuk bumi.
5.
PLATO
Bumi terdiri dari sebuah massa yang cair pijar dan
dikelilingi oleh lapisan batuan atau kerak bumi.
6.
PENYELIDIKAN
SEISMOLOGI
Dari getaran rambat
gempa bumi terbukti bahwa di dalam bumi terda-pat lapisan-lapisan yang
dibatasi oleh bidang-bidang discontinue (mohorovicic) terdiri dari kerak dan
inti bumi.
7.
SUESS – WIECHERT
Menurut
Suess-Wiechert bahwa struktur bumi adalah sebagai berikut :
Litosfer setebal
1.200 km
Kerak-sisik
silikat
Chalkosfer
2.900 km
Lapisan
oksida sulfida
Barysfer
3.500 km
Inti yang
terdiri dari ferum dan nikel
8.
KUHN & RITTMAN
Menurut Kuhn dan Rittman bahwa bumi berasal dari matahari
sehingga inti bumi terdiri dari apa yang terdapat di matahari.
Bumi merupakan satu diantara planet-planet dalam tata surya di jagat raya
ini. Dan bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat
dihuni dan menun-jang kehidupan semua mahluk hidup. Bumi kaya oksigen
dan juga dilindungi oleh atmosfer, mempunyai suhu yang moderat, mempunyai
kandungan banyak air, dan dengan komposisi kimia yang bervariasi dalam bumi,
semuanya menunjang kehidupan. Keadaan ini hanya dimiliki oleh Bumi.
Bumi merupakan planet ke 3 dari matahari setelah Merkurius dan Venus.
Karakteristik bumi adalah sebagai berikut (Microsoft ® Encarta® Encyclopedia 2000) :
·
Berbentuk seperti
bola yang memepat di bagian kutub-kutubnya.
·
Jari-jari bumi
pada ekuator adalah 6.378 km dan pada kutub-kutubnya 6.356 km. Perbedaan
jari-jari pada kutub dan ekuator adalah 22 km lebih panjang pada ekuator.
·
Perbedaan keliling
bumi pada kutub dan ekuator adalah 67,9 km. Keliling ekuator 40.076,5 km dan
kelilling kutub 40.008,6 km
·
Perbedaan diameter
bumi pada kutub dan ekuator adalah 42,80 km. Diameter ekuator 12.756,34 km dan
kelilling kutub 12.713,54 kilometer.
·
Luas permukaan
510.100.000 km2
·
Volume
1.083.230.000.000 km3
·
Berat Jenis rata-rata
5,52 (air =1)
·
Massa diperkirakan
5,98 x 1021 metrik ton
·
Temperatur
tertinggi 58oC di Al Aziziyah – Libya – Afrika
Temperatur terendah – 89,6oC di Stasiun
Vostock – Antartika
Temperatur rata-rata 14oC
Kajian bagian dalam bumi sampai sekarang belum dapat
dilakukan secara langsung. Untuk meneliti mencapai kedalaman jari-jari bumi itu
sangat menga-lami kesulitan. Pengeboran yang telah dilakukan paling dalam tidak
lebih dari 6000 meter. Di Oklahoma pernah dilakukan pengeboran mencapai 5253 m.
Kajian yang telah dilakukan sampai saat ini secara tidak langsung, sehingga
banyak pendugaan tentang apa dan bagaimana yang ada di dalam bumi ini.
Berdasarkan gradien geothermal bahwa semakin jauh ke dalam bumi, suhu
semakin tinggi, yaitu dengan pertambahan rata-rata 2o C/100 meter.
Dengan ini para ahli menghitung temperatur dalam bumi antara 2000oC
sampai 3000oC. Dengan tinggi
suhu tersebut diperkirakan bahwa inti bumi berwujud gas, karena pada suhu yang
tinggi ini semua benda akan mencair dan selanjutnya berubah menjadi gas.
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin ke dalam tekanan juga semakin besar.
Dengan panjang jari-jari bumi 6000 km lebih, diperkirakan tekanan yang ada sekitar
3 juta atmosfer. Dengan tekanan yang besar ini maka inti bumi berwujud padat.
Pendapat berikutnya adalah menggabungkan dua pendapat di atas dan
menyimpulkan bahwa inti bumi berwujud kental, karena walaupun suhunya sangat
tinggi tetapi dengan tekanan yang sangat tinggi pula, maka akan menghalangi
perubahan benda cair menjadi gas.
Ahli Geofisika mengkaji bumi melalui catatan gempa bumi, Pada peristiwa
gempa bumi ada dua macam gelombang, yaitu gelombang primer (P) dan gelombang
sekunder (S). Gelombang primer bergerak menerobos bagian dalam bumi, yang padat
maupun yang cair. Pada batuan yang terletak dekat permukaan, gelombang primer
bergerak dengan kecepatan sekitar 5 km/detik dan kecepatan maksimal 14 km/detik
pada kedalaman 2.800 km. Gelombang sekunder hanya bergerak pada bagian bumi
yang bersifat padat dengan kecepatan 2/3 dari kecepatan gelombang primer.
Kecepatan gelombang primer dan gelombang sekunder bervariasi sesuai dengan
dalamnya bagian bumi yang di laluinya. Variasi kecepatan ini oleh para
Seismolog dijadikan dasar untuk menggambarkan bagian-bagian bumi.
Dengan catatan dan perhitungan gelombang gempa ini para ahli membagi secara
vertikal susunan bumi dari permukaan ke bagian terdalam terdiri dari tiga
lapisan yaitu Kerak Bumi (Crush), Selimut (Mantle), dan Inti (Core).
1.
Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi adalah bagian yang paling terluar dari bumi.
Kerak ini bersifat padat dan relatif tipis, dan terdiri atas massa daratan dan
massa samudera. Bagian daratan permukaan bumi disebut kerak benua
dengan ketebalan antara 15 – 75 km. Kerak samudera lebih tipis dari
kerak benua dengan ketebalan antara 5 – 10 km.
Kerak samudera dan kerak benua mempunyai komposisi yang
berbeda. Kerak samudera terbentuk oleh batuan padat dan gelap, seperti basalt
dan gabro. Berbeda dengan kerak benua yang terbentuk oleh batuan
yang lebih cerah dan lebih padat, seperti granit dan diorit.
Pada kerak benua termasuk juga batuan metamorfosa dan batuan sedimen yang tidak terdapat pada kerak samudera. Kerak
benua mempunyai berat jenis rata-rata 2,8 sedangkan kerak samudera mempunyai
berat jenis rata 2,9.
Terhadap lapisan di bawahnya, kerak bumi dibatasi oleh
bidang batas yang disebut “Mohorovicic Discontinuity” dan
biasa juga disingkat “Moho”. Mohorovicic ditemukan sebagai batas
pada tahun 1909 oleh Andrija Mohorovicic (geolog Croasia).
2.
Selimut (Mantle)
Selimut (mantle), wilayah bagian dalam bumi yang
terletak antara kerak bumi dan inti bumi. Selimut merupakan wilayah paling
besar dari wilayah-wilayah lainnya. Dibandingkan dengan kerak bumi, mantel
lebih tebal yaitu sampai sekitar 2.900 km. Suhu di sini tinggi, mencapai
sekitar 3700oC. Tekanan pada selimut juga tinggi, mencapai sekitar
137 gigapascal (1,37 juta atmosfer).
Mantel terdiri dari mantel atas dan mantel bawah. Bagian
atas mantel yang bersifat padat dan bersama kerak bumi membentuk lithosfer.
Ketebalan Lithosfer ± 65 – 100 km dan menyelubungi asthenosfer yang
mempunyai ketebalan ± 100 – 350 km. Asthenosfer mengandung material batuan yang
halus dan lebih kaku dibandingkan dengan material lithosfer. Hal ini karena
dipengaruhi oleh tingginya tekanan dan suhu sebagai penyebab batuan menjadi
cair dan halus. Mesosfer adalah lapisan ketiga dari mantel yang
terletak di bawah astenosfer dengan ketebalan antara 2.400 km – 2.750 km.
Materi mesosfer bersifat padat , sehingga gelombang primer kecepatannya semakin
tinggi, yaitu mencapai 13 km/detik. Diduga materi penyusun mesosfer jauh lebih
padat berupa mineral Peridotit dan Pallasit (campuran mineral
batuan basa dan besi).
Ukuran relatif dari mantel dapat diumpamakan pada
penampang melintang dari telor rebus. Kulit telor mewakili bagian yang tipis,
yaitu kerak bumi, yang hanya membandingkan kira-kira satu setengah atau satu persen massa
bumi. Bagian putih telor mewakili mantel
yang lem-but, yang terdiri dari hampir 2/3 massa bumi dan hampir 5/6 volume
bumi. Kuning telor mewakili inti bumi.
Mantel dipisahkan dari kerak bumi oleh batas yang tegas
yaitu Mohorovicic discontinuity atau Moho. Ia
dipisahkan dari inti bumi dengan batas yang tegas juga yaitu Gutenberg
discontinuity. Kedua batas ini sebagai nama kehormatan orang yang
menemukan, yaitu Andrija Mohorovicic seismolog dari Croasia dan Berno
Gutenberg seismolog Jerman yang lahir di Amerika.
Mohorovicic discontinuity terletak pada kedalaman kira-kira 8 km di bawah samudera dan kedalaman
rata-rata sekitar 35 km di bawah benua, tetapi bisa mencapai sedalam 80 km di
bawah rangkaian pegunungan tinggi. Gutenberg discontinuity terletak pada
kedalaman sekitar 2900 km. Kedua penemu batas menggunakan fakta bahwa ketika
gempabumi, atau seismic, jangkauan gelombang membuat batas yang tegas antara dua material yang berbeda berat
jenisnya, atau bersifat elastis.
Mantel secara kimiawi berbeda dengan kerak bumi dan inti
bumi. Terutama disusun oleh batuan peridotit, yang pada prinsipnya terdiri dari
mineral-mineral olivin, piroksin, dan amphibol. Kerak bumi disusun oleh
material-material yang cerah dan inti bumi disusun oleh besi dan nikel.
Struktur Mantel
Seimolog telah menemukan bahwa mantel terbagi dalam
sejumlah lapisan. Mantel atas meluas dari Moho sampai kedalaman sekitar 400 km.
Mantel atas disusun oleh besi dan magnesium silikat,
seperti mineral-mineral olivin, piroksin, dan amphibol. Mantel atas disebut
disebut asthenosfer. Jarak kedalaman asthenosfer kira-kira 100 km
– 350 km. Asthenosfer merupakan zona yang lemah. Asthenosfer tersusun dari
sejumlah kecil larutan atau cairan dari batuan yang melebur.
Zona dari 400 km sampai kira-kira 670 km disebut sebagai zone
transisi. Pada zone transisi, mineral-mineral dibentuk pada mantel atas
melalui proses yang disebut phase transisi, yang merubah bentuk dan susunan atomnya. Tekanan pada
kedalaman ini mengkompres mineral menjadi lebih kompak. Contohnya, olivin
dikompres menjadi mineral spinel. Di bawah zone transisi, spinel telah melalui
phase transisi yang menjadi mineral perovskite. Dengan setiap
phase transisi, batuan menjadi padat dan gelombang seimik berjalan cepat.
Transisi pada 670 kilometer juga tercatat pada kedalaman yang rendah pada
setiap perekaman gempabumi.
Mantel di bawah 670 km disebut mantel bawah.
Mantel bawah tersusun dari magnesium, silikon, dan besi. Berbeda dengan mantel
atas, pada region ini tidak terjadi perubahan. Di sini material lebih padat
dari mantel atas dan juga tekanan bertambah. Pada mantel terjadi arus (aliran)
yang bergerak lambat, yaitu arus konveksi yang menggerakan lempeng-lempeng
kerak bumi.
©
Microsoft Corporation. All Rights Reserved.
Internal Structure of the
Earth
The
earth is made up of a series of layers that formed early in the planet’s
history, as heavier material gravitated toward the center and lighter material
floated to the surface. The dense, solid, inner core of iron is
surrounded by a liquid, iron, outer core. The lower mantle consists of
molten rock, which is surrounded by partially molten rock in the asthenosphere
and solid rock in the upper mantle and crust. Between some of the layers, there
are chemical or structural changes that form discontinuities. Lighter elements,
such as silicon, aluminum, calcium, potassium, sodium, and oxygen, compose the
outer crust.
Microsoft ® Encarta ® Encyclopedia 2002. © 1993-2001 Microsoft Corporation. All rights reserved.
3.
Inti (Core)
Inti (core) adalah bagian paling dalam
dari bumi. Radius inti bumi ± 3.500 km. Radius ini lebih besar dari planet
Mares. Bentuk inti bumi ± 1/3 dari total massa dan sekitar 1/6 dari volumenya.
Tekanan pada inti bumi jutaan kali lebih besar dan suhu ribuan derajat lebih
tinggi dari permukaan bumi. Suhu inti bumi berkisar dari 4000oC –
5000o C. Ilmuwan tidak dapat mendapatkan sampel material dari inti
bumi karena sangat tingginya tekanan dan suhu. Tetapi ilmuwan mempercayai bahwa
penyusun utama inti bumi adalah elemen-elemen berat, seperti besi dan nikel.
Komposisi inti bumi dipercayai sama dengan batu meteorit.
Kajian seismik mengindikasikan bahwa inti bumi terdiri
dari dua bagian, yaitu inti dalam (solid) dan inti luar (molten). Ilmuwan
menges-timasikan bahwa berat jenis inti bumi sangat ekstrim, sekitar 13,5 kali
berat jenis air. Konsentrasi yang tinggi dari besi di inti bumi dipercayai
sebagai penyebab tingginya berat jenis ini.
Ilmuwan telah mempelajari tentang inti bumi melalui
pengukuran gelombang seismik. Gelombang seismik berasal dari gempabumi. Ilmuwan
telah mencatat data dari ribuan stasion perekam gempabumi. Data seismik yang
terekam ini dianalisis dan dikombinasikan oleh kom-puter untuk mendapatkan gambaran
dari bagian dalam bumi.
Inti luar memanjang dari sekitar 2.900 – 5.200 km di
bawah permu-kaan. Inti dalam memanjang dari sekitar 5.200 km sampai ke pusat
bumi, pada kedalaman sekitar 6.400 km.
Pada tahun 1936 geolog telah menemukan batas yang lain.
Batas kedua yang memisahkan inti luar yang cair dari inti dalam yang solid.
Ilmuwan mempercayai bahwa inti dalam mempunyai radius sekitar 1.220 km dan
terbentuk oleh material yang solid.
Inti bumi merupakan sumber magnet bumi. Banyak ilmuwan
percaya bahwa berbagai gerakan
convection pada molten, besi – material yang banyak dari pada inti luar yang
menentukan magnet bumi. Convention cells juga mengefektifkan bumi berotasi pada
sumbunya. Gerakan-gerakan besi pada
convention cells, berinterkasi dengan magnet bumi.
Materi bumi secara garis besarnya terdiri dari
unsur-unsur padat, cair, dan gas dengan komposisi sebagai berikut.
Tabel 1. Komposisi Unsur Penyusun Bumi
No.
|
Unsur
|
Berat (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8.
9.
|
Oksigen (O)
Silikon (Si)
Aluminium (Al)
Besi (Fe)
Kalsium (Ca)
Sodium (Na)
Potassium (K)
Magnesium (Mg)
Lain-lain
|
46,60
27,70
8,10
5,00
3,60
2,80
2,60
2,10
1,50
|
No comments:
Post a Comment