Tuesday 20 December 2011

HIPOTESIS TERBENTUKNYA BUMI


A. Geosentris vs Heliosentris
Banyak para ahli telah mengemukakan hipotesisnya tentang kedudukan bumi di alam semeste ini. Ada dua hipotesis yang sangat terkenal dan keduanya sangat berbeda. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa semua benda langit bergerak mengelilingi massa sentral, yaitu bumi. Paham ini berkembang sebelum abad XVII yang disebutnya sebagai paham Geocentris yang menyatakan bahwa “bumi merupakan pusat dari segalanya”, matahari; bintang; planet-planet, dan bulan beredar mengelilingi bumi.

Paham Geosentris telah lama ditinggalkan setelah diketahuinya bahwa bumi hanya merupakan salah satu planet kecil saja, yang bersama-sama planet lainnya beredar mengelilingi matahari. Paham yang terakhir ini disebut dengan Heliocentris. Copernicus (1473-1543) diantaranya yang mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat alam semesta dan kedudukannya tetap serta seluruh gerakannya hanya merupakan hayalan belaka dari gerakan bumi.

Perkembangan selanjutnya Isaac Newton (1643-1723) dengan Teori Gravitasinya membuktikan bahwa suatu kekuatan yang mengatur pergerakan bumi, planet, dan benda lainnya yang berputar pada porosnya dan atau orbitnya. Gaya yang bekerja tersebut berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.






B. Hipotesis-Hipotesis Tentang Terbentuknya Bumi
Secara khusus, tentang terjadinya bumi dengan beberapa hipotesisnya dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut Kosmogoni. Beberapa hipotesis tentang terbentuknya bumi antara lain dikemukakan oleh para ahli berikut ini.

        
1.      Immanuel Kant (1724 -1804)


 
Immanuel Kant lahir di Königsberg (Kaliningrad) Rusia pada tangg 22 April 1724. Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman yang pada tahun 1755 menyata-kan bahwa sistem tata surya terbentuk dari suatu nebula, yaitu suatu massa gas tipis seperti kabut yang luas.


2.      Pierre Simon Marquis de Laplace (1749 – 1827)

 
Laplace adalah seorang astronom matematik   Perancis, pada tahun 1796 mengajukan Teori Nebula yang secara luas diterima oleh umum sampai akhir abad XIX. Menurut teorinya bahwa anggauta keluarga tata surya pernah suatu saat berbentuk massa gas besar yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan. Massa ini berangsur-angsur mendingin,mengecil, dan makin mendekati
bentuk bola. Karena rotasi yang kecepatannya semakin tinggi, maka massa tersebut menggelembung di sekitar garis khatulistiwa. Suatu lingkaran (gumpalan) materi terlempar dari bagian yang mengge-lembung itu. Gumpalan yang terlempar itu menjadi dingin, mengecil dan akhirnya menjadi planet. Kejadian ini beberapa kali hingga membentuk sejumlah planet, sedangkan massa yang di tengah men-jadi matahari. Selanjutnya planet-planet itu  melontarkan gumpalan-gumpalan yang membentuk satelit-satelit atau bulan.

3.      Hipotesis Planetesimal
Sekitar tahun 1900, Forest Ray Moulton (astronom) dan Thomas Chrowder Chamberlin (geolog) keduanya dari Universitas Chicago mengemukakan Hipotesis Planetesimal. Planetesimal adalah suatu benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas.
Menurut Multon dan Chamberlin, suatu bintang yang menembus ruang angkasa berada dekat sekali dengan matahari. Daya tarik yang makin meninggi antara kedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu menaikan pasang besar di bagian bintang yang lain. Pada saat pasang matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat, massa gas terlempar dari matahari dan mulai mengorbit. Beberapa diantaranya mengikuti bintang yang lain ketika meluncur ke ruang angkasa, sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahari dan berada pada bidang orbitnya masing-masing. Pasang matahari mulai menurun ketika bintang itu semakin menjauh. Pada saat massa gas menjadi dingin, gas itu berubah menjadi cairan dan lama kelamaan menjadi massa padat kecil (planetesimal). Planetesimal-planetesimal saling tarik menarik dan akhirnya membentuk planet

4.      Teori Pasang
Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys (1891 – 1989) adalah ilmuwan Inggris yang pada tahun 1918 mengemukakan Teori Pasang. Menurut teori ini bahwa planet itu langsung terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari matahari oleh bintang yang lewat dan bukan oleh penyusunan benda alam yang besar dan padat dari berbagai unsur kecil. Ketika bintang mendekat atau bahkan menyerempet matahari, tarikan gravitasinya menyedot filamen gas berbentuk cerutu panjang dari matahari. Sebuah filamen membesar pada bagian tengahnya dan mengecil pada kedua kutubnya.

5.      Teori Lyttleton
R.A. Lyttleton adalah seorang astronom yang mengemukakan suatu modifikasi dari teori benturan. Dia berteori bahwa matahari asalnya adalah suatu bintang kembar yang mengelilingi suatu pusat gravitasi. Sebuah bintang lewat mendekati salah satu matahari ini dan mungkin telah menghancurkannya dan mengubah bentuknya menjadi massa gas besar yang berputar-putar. Bintang yang bertahan telah menjadi matahari kita, sedangkan korban benturan itu dalam selang waktu tertentu telah berkembang menjadi planet-planet.

6.      Beberapa modifikasi Hipotesis Nebula
C. von Weizsaecker adalah astronom Jerman yang pada tahun 1940-an mengemukakan teori nebulanya. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul keluar sampai jauh sekali dari sekitar garis khatulistiwa matahari zaman purba. Sebagian besar lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan  helium. Tekanan panas dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang berat itu secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet

Gerald P. Kuiver adalah seorang astronom Belanda yang berpendapat bahwa dulu pernah ada suatu nebula yang berbentuk piringan sangat luas dengan proto matahari (calon matahari) berada di tengah-tengahnya. Komposisi seluruh nebula itu seragam. Suhunya rendah karena proto matahari itu belum memancarkan sinarnya. Nebula dingin ini mulai pecah dan berkonsentrasi dalam massa yang terpisah-pisah, yaitu proto planet. Proto matahari juga berkonsentrasi di bawah daya gravitasi dan sambil menyusut, materi itu menjadi semakin panas. Panas yang dipancarkan proto matahari menghalau hampir semua unsur ringan, khususnya hidrogen dan helium dari proto planet dan nebula itu. Di setiap proto planet sebagian besar unsur berat (besi, nikel, dan beberpa logam lain) berkonsentrasi di tengah.

7.      Teori Awan Debu
Fred L. Whipple adalah seorang astronom Amerika Serikat yang mengemukakan teori awan debu. Menurut Whipple calon sistem tata surya semula merupakan awan luas yang terdiri atas debu dan gas kosmos yang diperkirakan berbentuk piring. Ketidak teraturan dalam awan itu menyebabkan terjadinya perputaran. Debu dan gas yang berputar berkumpul menjadi satu dan hilanglah awannya. Partikel-partikel keras di dalamnya saling berbenturan, melekat, lalu menjadi planet. Berbagai gas yang terdapat di tengah awan berkembang menjadi matahari.

Hipotesis dan teori-teori di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak yang telah dikemukakan oleh para ahli. Namun dari sekian banyak teori itu tidak satupun diantaranya yang dapat memuaskan dan diterima secara luas. Oleh karena itu selama bumi ini masih bersifat dinamis, tidak akan menutup kemungkinan lahirnya teori-teori baru. 


Struktur Bumi

Seperti halnya hipotesis dan teori terbentuknya bumi, para ahli juga telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang apa dan bagaimana struktur dan bentuk bumi ini. Hal ini berkembang terus dari sejak sebelum masehi. Beberapa ahli itu diantaranya seperti berikut ini.
                    


1.      THALES (624-547 SM)
Komponen alam semesta terdiri dari komponen inti yaitu air, api, bumi, dan udara yang menjadi dasar kehidupan mahluk hidup di bumi. Bumi merupakan benda yang terapung di atas air.

2.      ANAXIMANDER (585-528 SM)
Tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Thales tentang komponen alam semesta ini. Tetapi Anaximander melengkapinya bahwa ada faktor apeiron yang berupa unsur alam lainnya yang saling bertentangan, yaitu panas vs dingin dan basah vs kering. Faktor apeiron ini berfungsi sebagai pengontrol terhadap komponen inti. Dan pendapatnya juga bahwa alam semesta terbentuk karena pemapat-an (kondensasi) sebagian dari udara yang diikuti oleh pendinginan sehingga terbentuk bumi. Bumi berbentuk pipih seperti meja dan didukung oleh udara sehingga dapat bergerak

3.      PHYTAGORAS (ABAD VI)
Tentang bentuk bumi Phytagoras berpendapat lain dengan Anaximan-der. Menurutnya bahwa bumi berbentuk bulat dan berjalan di angkasa

4.      GALILEI GALILEO (1564-1642)
Alam terbentuk dari partikel-partikel atom yang bergerak bebas di alam raya. Atom lah yang menjadi penyusun alam termasuk bumi.

5.      PLATO
Bumi terdiri dari sebuah massa yang cair pijar dan dikelilingi oleh lapisan batuan atau kerak bumi.

6.      PENYELIDIKAN SEISMOLOGI
Dari getaran rambat  gempa bumi terbukti bahwa di dalam bumi terda-pat lapisan-lapisan yang dibatasi oleh bidang-bidang discontinue (mohorovicic) terdiri dari kerak dan inti bumi.


7.      SUESS – WIECHERT
Menurut Suess-Wiechert bahwa struktur bumi adalah sebagai berikut :
Litosfer setebal 1.200 km
Kerak-sisik silikat
Chalkosfer 2.900 km
Lapisan oksida sulfida
Barysfer 3.500 km
Inti yang terdiri dari ferum dan nikel
  

8.      KUHN & RITTMAN
Menurut Kuhn dan Rittman bahwa bumi berasal dari matahari sehingga inti bumi terdiri dari apa yang terdapat di matahari.

Bumi merupakan satu diantara planet-planet dalam tata surya di jagat raya ini. Dan bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni dan menun-jang kehidupan semua mahluk hidup. Bumi kaya oksigen dan juga dilindungi oleh atmosfer, mempunyai suhu yang moderat, mempunyai kandungan banyak air, dan dengan komposisi kimia yang bervariasi dalam bumi, semuanya menunjang kehidupan. Keadaan ini hanya dimiliki oleh Bumi.

Bumi merupakan planet ke 3 dari matahari setelah Merkurius dan Venus. Karakteristik bumi adalah sebagai berikut (Microsoft ®  Encarta® Encyclopedia 2000) :

·        Berbentuk seperti bola yang memepat di bagian kutub-kutubnya.
·        Jari-jari bumi pada ekuator adalah 6.378 km dan pada kutub-kutubnya 6.356 km. Perbedaan jari-jari pada kutub dan ekuator adalah 22 km lebih panjang pada ekuator.
·        Perbedaan keliling bumi pada kutub dan ekuator adalah 67,9 km. Keliling ekuator 40.076,5 km dan kelilling kutub 40.008,6 km
·        Perbedaan diameter bumi pada kutub dan ekuator adalah 42,80 km. Diameter ekuator 12.756,34 km dan kelilling kutub 12.713,54 kilometer.
·        Luas permukaan 510.100.000 km2
·        Volume 1.083.230.000.000 km3
·        Berat Jenis rata-rata 5,52 (air =1)
·        Massa diperkirakan 5,98 x 1021 metrik ton
·        Temperatur tertinggi 58oC di Al Aziziyah – Libya – Afrika
Temperatur terendah – 89,6oC di Stasiun Vostock – Antartika
Temperatur rata-rata 14oC

Kajian bagian dalam bumi sampai sekarang belum dapat dilakukan secara langsung. Untuk meneliti mencapai kedalaman jari-jari bumi itu sangat menga-lami kesulitan. Pengeboran yang telah dilakukan paling dalam tidak lebih dari 6000 meter. Di Oklahoma pernah dilakukan pengeboran mencapai 5253 m. Kajian yang telah dilakukan sampai saat ini secara tidak langsung, sehingga banyak pendugaan tentang apa dan bagaimana yang ada di dalam bumi ini.

Berdasarkan gradien geothermal bahwa semakin jauh ke dalam bumi, suhu semakin tinggi, yaitu dengan pertambahan rata-rata 2o C/100 meter. Dengan ini para ahli menghitung temperatur dalam bumi antara 2000oC sampai  3000oC. Dengan tinggi suhu tersebut diperkirakan bahwa inti bumi berwujud gas, karena pada suhu yang tinggi ini semua benda akan mencair dan selanjutnya berubah menjadi gas.

Pendapat lain mengatakan bahwa semakin ke dalam tekanan juga semakin besar. Dengan panjang jari-jari bumi 6000 km lebih, diperkirakan tekanan yang ada sekitar 3 juta atmosfer. Dengan tekanan yang besar ini maka inti bumi berwujud padat.

Pendapat berikutnya adalah menggabungkan dua pendapat di atas dan menyimpulkan bahwa inti bumi berwujud kental, karena walaupun suhunya sangat tinggi tetapi dengan tekanan yang sangat tinggi pula, maka akan menghalangi perubahan benda cair menjadi gas.

Ahli Geofisika mengkaji bumi melalui catatan gempa bumi, Pada peristiwa gempa bumi ada dua macam gelombang, yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S). Gelombang primer bergerak menerobos bagian dalam bumi, yang padat maupun yang cair. Pada batuan yang terletak dekat permukaan, gelombang primer bergerak dengan kecepatan sekitar 5 km/detik dan kecepatan maksimal 14 km/detik pada kedalaman 2.800 km. Gelombang sekunder hanya bergerak pada bagian bumi yang bersifat padat dengan kecepatan 2/3 dari kecepatan gelombang primer. Kecepatan gelombang primer dan gelombang sekunder bervariasi sesuai dengan dalamnya bagian bumi yang di laluinya. Variasi kecepatan ini oleh para Seismolog dijadikan dasar untuk menggambarkan bagian-bagian bumi.

Dengan catatan dan perhitungan gelombang gempa ini para ahli membagi secara vertikal susunan bumi dari permukaan ke bagian terdalam terdiri dari tiga lapisan yaitu Kerak Bumi (Crush), Selimut (Mantle), dan Inti (Core).

1.      Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi adalah bagian yang paling terluar dari bumi. Kerak ini bersifat padat dan relatif tipis, dan terdiri atas massa daratan dan massa samudera. Bagian daratan permukaan bumi disebut kerak benua dengan ketebalan antara 15 – 75 km. Kerak samudera lebih tipis dari kerak benua dengan ketebalan antara 5 – 10 km.

Kerak samudera dan kerak benua mempunyai komposisi yang berbeda. Kerak samudera terbentuk oleh batuan padat dan gelap, seperti basalt dan gabro. Berbeda dengan kerak benua yang terbentuk oleh batuan yang lebih cerah dan lebih padat, seperti granit dan diorit. Pada kerak benua termasuk juga batuan metamorfosa dan batuan sedimen yang  tidak terdapat pada kerak samudera. Kerak benua mempunyai berat jenis rata-rata 2,8 sedangkan kerak samudera mempunyai berat jenis rata 2,9.

Terhadap lapisan di bawahnya, kerak bumi dibatasi oleh bidang batas yang disebut Mohorovicic Discontinuity” dan biasa juga disingkat “Moho”. Mohorovicic ditemukan sebagai batas pada tahun 1909 oleh Andrija Mohorovicic (geolog Croasia).



2.      Selimut (Mantle)
Selimut (mantle), wilayah bagian dalam bumi yang terletak antara kerak bumi dan inti bumi. Selimut merupakan wilayah paling besar dari wilayah-wilayah lainnya. Dibandingkan dengan kerak bumi, mantel lebih tebal yaitu sampai sekitar 2.900 km. Suhu di sini tinggi, mencapai sekitar 3700oC. Tekanan pada selimut juga tinggi, mencapai sekitar 137 gigapascal (1,37 juta atmosfer).

Mantel terdiri dari mantel atas dan mantel bawah. Bagian atas mantel yang bersifat padat dan bersama kerak bumi membentuk lithosfer. Ketebalan Lithosfer ± 65 – 100 km dan menyelubungi asthenosfer yang mempunyai ketebalan ± 100 – 350 km. Asthenosfer mengandung material batuan yang halus dan lebih kaku dibandingkan dengan material lithosfer. Hal ini karena dipengaruhi oleh tingginya tekanan dan suhu sebagai penyebab batuan menjadi cair dan halus. Mesosfer adalah lapisan ketiga dari mantel yang terletak di bawah astenosfer dengan ketebalan antara 2.400 km – 2.750 km. Materi mesosfer bersifat padat , sehingga gelombang primer kecepatannya semakin tinggi, yaitu mencapai 13 km/detik. Diduga materi penyusun mesosfer jauh lebih padat berupa mineral Peridotit dan Pallasit (campuran mineral batuan basa dan besi).

Ukuran relatif dari mantel dapat diumpamakan pada penampang melintang dari telor rebus. Kulit telor mewakili bagian yang tipis, yaitu kerak bumi, yang hanya membandingkan kira-kira  satu setengah atau satu persen massa bumi.  Bagian putih telor mewakili mantel yang lem-but, yang terdiri dari hampir 2/3 massa bumi dan hampir 5/6 volume bumi. Kuning telor mewakili inti bumi.

Mantel dipisahkan dari kerak bumi oleh batas yang tegas yaitu Mohorovicic discontinuity atau Moho. Ia dipisahkan dari inti bumi dengan batas yang tegas juga yaitu Gutenberg discontinuity. Kedua batas ini sebagai nama kehormatan orang yang menemukan, yaitu Andrija Mohorovicic seismolog dari Croasia dan Berno Gutenberg seismolog Jerman yang lahir di Amerika.

Mohorovicic discontinuity terletak pada kedalaman kira-kira 8 km di bawah samudera dan kedalaman rata-rata sekitar 35 km di bawah benua, tetapi bisa mencapai sedalam 80 km di bawah rangkaian pegunungan tinggi. Gutenberg discontinuity terletak pada kedalaman sekitar 2900 km. Kedua penemu batas menggunakan fakta bahwa ketika gempabumi, atau seismic, jangkauan gelombang membuat batas yang tegas  antara dua material yang berbeda berat jenisnya, atau bersifat elastis.

Mantel secara kimiawi berbeda dengan kerak bumi dan inti bumi. Terutama disusun oleh batuan peridotit, yang pada prinsipnya terdiri dari mineral-mineral olivin, piroksin, dan amphibol. Kerak bumi disusun oleh material-material yang cerah dan inti bumi disusun oleh besi dan nikel.

Struktur Mantel
Seimolog telah menemukan bahwa mantel terbagi dalam sejumlah lapisan. Mantel atas meluas dari Moho sampai kedalaman sekitar 400 km. Mantel atas disusun oleh besi dan magnesium silikat, seperti mineral-mineral olivin, piroksin, dan amphibol. Mantel atas disebut disebut asthenosfer. Jarak kedalaman asthenosfer kira-kira 100 km – 350 km. Asthenosfer merupakan zona yang lemah. Asthenosfer tersusun dari sejumlah kecil larutan atau cairan dari batuan yang melebur.

Zona dari 400 km sampai kira-kira 670 km disebut sebagai zone transisi. Pada zone transisi, mineral-mineral dibentuk pada mantel atas melalui proses yang disebut phase transisi, yang merubah  bentuk dan susunan atomnya. Tekanan pada kedalaman ini mengkompres mineral menjadi lebih kompak. Contohnya, olivin dikompres menjadi mineral spinel. Di bawah zone transisi, spinel telah melalui phase transisi yang menjadi mineral perovskite. Dengan setiap phase transisi, batuan menjadi padat dan gelombang seimik berjalan cepat. Transisi pada 670 kilometer juga tercatat pada kedalaman yang rendah pada setiap perekaman gempabumi.

Mantel di bawah 670 km disebut mantel bawah. Mantel bawah tersusun dari magnesium, silikon, dan besi. Berbeda dengan mantel atas, pada region ini tidak terjadi perubahan. Di sini material lebih padat dari mantel atas dan juga tekanan bertambah. Pada mantel terjadi arus (aliran) yang bergerak lambat, yaitu arus konveksi yang menggerakan lempeng-lempeng kerak bumi.

© Microsoft Corporation. All Rights Reserved.
Internal Structure of the Earth
The earth is made up of a series of layers that formed early in the planet’s history, as heavier material gravitated toward the center and lighter material floated to the surface. The dense, solid, inner core of iron is surrounded by a liquid, iron, outer core. The lower mantle consists of molten rock, which is surrounded by partially molten rock in the asthenosphere and solid rock in the upper mantle and crust. Between some of the layers, there are chemical or structural changes that form discontinuities. Lighter elements, such as silicon, aluminum, calcium, potassium, sodium, and oxygen, compose the outer crust.
Microsoft ® Encarta ® Encyclopedia 2002. © 1993-2001 Microsoft Corporation. All rights reserved.


3.      Inti (Core)

Inti (core) adalah bagian paling dalam dari bumi. Radius inti bumi ± 3.500 km. Radius ini lebih besar dari planet Mares. Bentuk inti bumi ± 1/3 dari total massa dan sekitar 1/6 dari volumenya. Tekanan pada inti bumi jutaan kali lebih besar dan suhu ribuan derajat lebih tinggi dari permukaan bumi. Suhu inti bumi berkisar dari 4000oC – 5000o C. Ilmuwan tidak dapat mendapatkan sampel material dari inti bumi karena sangat tingginya tekanan dan suhu. Tetapi ilmuwan mempercayai bahwa penyusun utama inti bumi adalah elemen-elemen berat, seperti besi dan nikel. Komposisi inti bumi dipercayai sama dengan batu meteorit.

Kajian seismik mengindikasikan bahwa inti bumi terdiri dari dua bagian, yaitu inti dalam (solid) dan inti luar (molten). Ilmuwan menges-timasikan bahwa berat jenis inti bumi sangat ekstrim, sekitar 13,5 kali berat jenis air. Konsentrasi yang tinggi dari besi di inti bumi dipercayai sebagai penyebab tingginya berat jenis ini.
Ilmuwan telah mempelajari tentang inti bumi melalui pengukuran gelombang seismik. Gelombang seismik berasal dari gempabumi. Ilmuwan telah mencatat data dari ribuan stasion perekam gempabumi. Data seismik yang terekam ini dianalisis dan dikombinasikan oleh kom-puter untuk mendapatkan gambaran dari bagian dalam bumi.

Inti luar memanjang dari sekitar 2.900 – 5.200 km di bawah permu-kaan. Inti dalam memanjang dari sekitar 5.200 km sampai ke pusat bumi, pada kedalaman sekitar 6.400 km.

Pada tahun 1936 geolog telah menemukan batas yang lain. Batas kedua yang memisahkan inti luar yang cair dari inti dalam yang solid. Ilmuwan mempercayai bahwa inti dalam mempunyai radius sekitar 1.220 km dan terbentuk oleh material yang solid.

Inti bumi merupakan sumber magnet bumi. Banyak ilmuwan percaya bahwa  berbagai gerakan convection pada molten, besi – material yang banyak dari pada inti luar yang menentukan magnet bumi. Convention cells juga mengefektifkan bumi berotasi pada sumbunya.  Gerakan-gerakan besi pada convention cells, berinterkasi dengan magnet bumi.

Materi bumi secara garis besarnya terdiri dari unsur-unsur padat, cair, dan gas dengan komposisi sebagai berikut.


Tabel 1. Komposisi Unsur Penyusun Bumi
No.
Unsur
Berat (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
8.
9.
Oksigen (O)
Silikon (Si)
Aluminium (Al)
Besi (Fe)
Kalsium (Ca)
Sodium (Na)
Potassium (K)
Magnesium (Mg)
Lain-lain
46,60
27,70
8,10
5,00
3,60
2,80
2,60
2,10
1,50

No comments:

Post a Comment