Keep TRY's and Never Give Up
Sebuah blog sederhana yg selalu berusaha agar blog ini bisa membantu dan bisa memberi informasi yg bermanfaat.
Thursday, 25 April 2013
Friday, 25 January 2013
Bagaimana cara mengetahui umur fosil?
Bagaimana para
arkeolog dapat menentukan umur sebuah fosil ya?
maka langsung saja...
Yaitu :
Dengan cara
menggunakan radioaktif C-14 yang dikenal dengan istilah 'Carbon-14 Dating',
caranya dengan membandingkan jumlah Carbon-14 yang ada di dalam fosil tersebut
dengan kandungan C-14 di makhluk hidup, kemudian menghitungnya dengan
menggunakan rumus:
t = [ ln (Nf/No) / (-0.693) ] x T ; dimana
t: umur fosil
Nf/No: perbandingan kandungan C-14 pada fosil dengan jaringan hidup
T: waktu paruh Carbon-14 = 5700 tahun.
Misalnya suatu fosil mengandung 10% Carbon-14 dibandingkan dengan jaringan hidup, maka umur fosil tersebut adalah:
t = [ ln 0.1 / (-0.693) ] x 5700 tahun
t = [ (-2.303) / (-0.693) ] x 5700 tahun
t = 18 940 tahun.
t = [ ln (Nf/No) / (-0.693) ] x T ; dimana
t: umur fosil
Nf/No: perbandingan kandungan C-14 pada fosil dengan jaringan hidup
T: waktu paruh Carbon-14 = 5700 tahun.
Misalnya suatu fosil mengandung 10% Carbon-14 dibandingkan dengan jaringan hidup, maka umur fosil tersebut adalah:
t = [ ln 0.1 / (-0.693) ] x 5700 tahun
t = [ (-2.303) / (-0.693) ] x 5700 tahun
t = 18 940 tahun.
Diukur dengan cara radiasi
Geokronologi merupakan ilmu untuk menentukan umur absolut batuan, fosil, dan
sedimen, dalam suatu tingkat ketidakpastian tertentu yang melekat dalam metode
yang digunakan. Berbagai macam metode penentuan umur digunakan oleh ahli
geologi untuk
mencapai hal tersebut.
Location:
Semanan, Jakarta, Indonesia
Tuesday, 21 August 2012
10 Penyakit Mental Manusia
1. Menyalahkan orang lain
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan.
Primitif. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah: “Siapa nih yang nyantet?” Selalu “siapa”, Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu “apa” sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas.
Thursday, 24 May 2012
FOSIL DAN SEKALA WAKTU GEOLOGI
A. FOSIL
Difinisi
Fosil adalah sisa atau jejak atau bekas hewan maupun
tumbuhan yang hidup pada masa lampau yang telah membatu, tertimbun, dan
terawetkan secara alamiah. Jadi fosil tidak selalu dalam bentuk sisa jasad,
tetapi dapat pula dalam bentuk hanya berupa telapak kaki suatu hewan.
Berdasarkan difinisi ini, maka Mummy orang Mesir tidak
dapat dikatakan sebagai fosil, demikian pula dengan peralatan-peralatan hidup
manusia purba.
Apakah batubara dan minyak bumi disebut fosil ?
Fosil kebanyakan berada pada batukapur, batupasir, dan shale (batuan
sediment). Kandungan-kandungan organisma dapat juga terjebak pada aspal alam, amber,
dan es.
Batas antara masa lampau dan masa kini adalah pada awal
Holocen yaitu sekitar 11.000 tahun yang lalu. Sedangkan jarak/rentang umur
fosil dari 3,5 milyar tahun – jejak-jejak tua dari microscopic cyanobacteria
(ganggang biru-merah) sampai 10.000 tahun sisa-sisa tua dari binatang-binatang
yang terawetkan selama zaman es terakhir
Paleontologis (adalah ilmuwan yang mempelajari kehidupan prasejarah)
menggunakan fosil-fosil untuk membaca bagaimana kehidupan telah berubah dan
juga bagaimana sejarah bumi.
Renungan Bagi Bangsa Indonesia
Sudah 66 tahun Indonesia merdeka. Sebagaimana
termaktub dalam pembukaan UUD 1945 bangsa Indonesia tampak telah
berteguh hati untuk mengisi karunia ilahi tersebut dengan memakmurkan
negeri, mencerdaskan bangsa dan mendamaikan dunia. Sebuah idealitas yang
amat luhur. Hari setelah 66 tahun terlewati, memang banyak hal yang
dicapai, tetapi tidak kalah banyak pula hal yang terlewati.
Realitas sejarah Indonesia kemarin hari hingga hari ini masih menunjukkan secara nyata betapa Indonesia masih (dan sedang) dihadapkan pada aral melintang yang bukan alang kepalang dalam mewujudkan idealitas luhur tersebut. Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan datang dari segala penjuru dari dalam maupun luar negeri. Pemberontakan politis dari para separatis yang tidak betah tinggal di NKRI, perilaku korup dan kolusif, terjebak utang global dan seterusnya pembangunan tidak lagi murni demi idealitas luhur. Sebuah era tinggal kandas yang dulu digembar-gemborkan, malah akhirnya menjadi era ’’tinggal kandas’’ seiring dengan ambruknya tahta sang raja orde baru.
Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi. Inti dari kehancuran peradaban atau bangsa, adalah kehancuran iman dan kehancuran akhlaq, maka secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan yang telah ada.
Sebagai misal, Kaum ‘Ad, telah dihancurkan karena berlaku takabur dan merasa paling berkuasa dan paling kuat. Mereka merasa tidak ada lagi yang dapat mengalahkan mereka, sehingga mereka berkata: “Siapa yang lebih hebat kekuatannya dari kami?” Begitu juga kehancuran yang menimpa Fir’aun, Namrudz, dan sebagainya. Kehancuran dan kejatuhan berbagai kaum, negeri, bangsa, dan peradaban, inilah yang sepatutnya direnungkan secara mendalam dan sungguh-sungguh oleh bangsa Indonesia, khususnya para ulama dan cendekiawan.
Apakah gejala-gejala kehancuran suatu negeri atau peradaban seperti yang disebutkan dalam al-Quran dan pernah terjadi dalam sejarah manusia sudah ditemukan dalam wilayah peradaban Indonesia? Kalau gejala-gejala itu sudah ada, bagaimana cara menghindarkannya? Dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, Imam al-Ghazali lebih menfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang layak menerima kekalahan. Di sinilah, al-Ghazali mencoba mencari faktor dasar kelemahan umat dan berusaha mengatasinya, ketimbang menuding-nuding musuh.
Menurut al-Ghazali, masalah yang paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum tersebut yang berkaitan dengan aqidah dan kemasyarakatan. Al-Ghazali tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer, tetapi yang dia tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlaq, dan perubahan diri manusia itu sendiri. Untuk itu, al-Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri dahulu, kemudian baru mengubah orang lain.
Melalui kitab-kitab yang ditulisnya setelah merenungkan kondisi umat secara mendalam, al-Ghazali sampai pada kesimpulan bahwa yang harus dibenahi pertama dari umat adalah masalah keilmuan dan keulamaan. Sebagai penutup penulis berharap semoga Tuhan senantiasa memberikan pertolongan atas cobaan yang telah diberikan pada bangsa tercinta ini.
Realitas sejarah Indonesia kemarin hari hingga hari ini masih menunjukkan secara nyata betapa Indonesia masih (dan sedang) dihadapkan pada aral melintang yang bukan alang kepalang dalam mewujudkan idealitas luhur tersebut. Ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan datang dari segala penjuru dari dalam maupun luar negeri. Pemberontakan politis dari para separatis yang tidak betah tinggal di NKRI, perilaku korup dan kolusif, terjebak utang global dan seterusnya pembangunan tidak lagi murni demi idealitas luhur. Sebuah era tinggal kandas yang dulu digembar-gemborkan, malah akhirnya menjadi era ’’tinggal kandas’’ seiring dengan ambruknya tahta sang raja orde baru.
Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi. Inti dari kehancuran peradaban atau bangsa, adalah kehancuran iman dan kehancuran akhlaq, maka secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan yang telah ada.
Sebagai misal, Kaum ‘Ad, telah dihancurkan karena berlaku takabur dan merasa paling berkuasa dan paling kuat. Mereka merasa tidak ada lagi yang dapat mengalahkan mereka, sehingga mereka berkata: “Siapa yang lebih hebat kekuatannya dari kami?” Begitu juga kehancuran yang menimpa Fir’aun, Namrudz, dan sebagainya. Kehancuran dan kejatuhan berbagai kaum, negeri, bangsa, dan peradaban, inilah yang sepatutnya direnungkan secara mendalam dan sungguh-sungguh oleh bangsa Indonesia, khususnya para ulama dan cendekiawan.
Apakah gejala-gejala kehancuran suatu negeri atau peradaban seperti yang disebutkan dalam al-Quran dan pernah terjadi dalam sejarah manusia sudah ditemukan dalam wilayah peradaban Indonesia? Kalau gejala-gejala itu sudah ada, bagaimana cara menghindarkannya? Dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, Imam al-Ghazali lebih menfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang layak menerima kekalahan. Di sinilah, al-Ghazali mencoba mencari faktor dasar kelemahan umat dan berusaha mengatasinya, ketimbang menuding-nuding musuh.
Menurut al-Ghazali, masalah yang paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum tersebut yang berkaitan dengan aqidah dan kemasyarakatan. Al-Ghazali tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer, tetapi yang dia tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlaq, dan perubahan diri manusia itu sendiri. Untuk itu, al-Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri dahulu, kemudian baru mengubah orang lain.
Melalui kitab-kitab yang ditulisnya setelah merenungkan kondisi umat secara mendalam, al-Ghazali sampai pada kesimpulan bahwa yang harus dibenahi pertama dari umat adalah masalah keilmuan dan keulamaan. Sebagai penutup penulis berharap semoga Tuhan senantiasa memberikan pertolongan atas cobaan yang telah diberikan pada bangsa tercinta ini.
Oleh: Kusnadi El-Ghezwa
Subscribe to:
Posts (Atom)